
(sorotindonesia.com, 10/8/2021) Keinginan dan kepedulian terhadap keberlanjutan budidaya lobster berduri telah menciptakan minat yang signifikan. Namun, upaya untuk membudidayakan lobster dari telur hingga puerulus (BBL) sebagian besar tidak berhasil, terhambat oleh pemberian pakan yang tidak sesuai selama fase larva phyllosoma yang panjang.
Tetapi saat ini dari stadia BBL dapat dikatakan untuk survival rate sudah berhasil, bahkan dapat mencapai 100 persen dalam waktu 1 bulan (Rostika, dkk, 2021).
Tulisan ini merangkum pemahaman saat ini tentang pemberian makan BBL dan biologi pencernaan. Ini menarik perhatian kita semua dan dapat menginformasikan jalan untuk penelitian masa depan yang bertujuan menjembatani kesenjangan ini.
Masalah yang terkait dengan pemberian pakan hidup seperti Artemia seperti yang dilakukakan (Cox dan Johnson, 2010) menunjukkan bahwa pakan yang diformulasikan mungkin paling tepat. Berdasarkan bukti morfologis dan perilaku terbaru yang disajikan dalam tulisan ini, diet lunak/pakan pasta tampaknya merupakan diet formulasi yang paling menjanjikan untuk larva tahap awal atau BBL.
Lobster merupakan hewan nocturnal yang memiliki aktifitas yang tinggi pada malam hari, dimulai menjelang malam dan berhenti beraktifitas ketika matahari terbit. Hidup berkelompok dan suka bermigrasi di alam dan bersembunyi di relung pelindung karang, tepian, celah-celah karang.
Apa pakan yang disukai lobster di alam? Berdasarkan analisis, isi lambung dari lobster dari alam, terlihat bahwa yang menjadi ‘mangsa’ di alam adalah zooplankton, krill, hewan filter feeder, larva ikan yang mengandung banyak protein, mineral dan enzim.
Apabila kita berbudidaya lobster, maka sebaiknya diberikan ikan rucah yang dicacah, udang kecil, cumi-cumi dan kerang yang dihancurkan dalam keadaan segar, sebanyak 100 persen dari bobot lobster per hari.
Lobster akan menyerang sesamanya apabila tidak diberi pakan yang cukup dan segar. Oleh sebab itu, lobster perlu diberi makanan segar dengan jumlah yang tepat dan waktu yang tepat, selain itu juga wadah budidaya lobster perlu ditambahkan shelter untuk bersembunyi.
Pemberian pakan dilakukan pada jam 9 pagi dan jam 4 sore, lalu pembersihan sisa pakan dilakukan setiap pagi dengan cara diserok. Pakan utamanya diberikan pada sore hari menjelang malam. Ikan yang akan diberikan untuk pakan sebaiknya ditempatkan pada suatu wadah supaya tidak hanyut keluar dari karamba. Sebagai pakan, ikan yang berukuran sedang (lemuru, layang, tongkol) bisa diikat pangkal ekornya dan digantungkan di sekitar shelter supaya mudah dijangkau oleh anakan lobster. Pakan harus diberikan secara merata di dalam karamba untuk menghindari udang berkelahi karena berebut pakan.
Riset penulis bersama peneliti lain yang telah dilakukan di Hatchery Kecamatan Ciemas, Kabupaten Sukabumi, pada tahun 2021 dengan topik pemilihan jenis pakan alami, ternyata terbaik adalah udang liar dan campuran 3 jenis pakan alami yaitu udang liar, cumi-cumi dan ikan rucah. Sementara apabila lobster hanya diberikan pakan tunggal seperti cumi-cumi atau ikan rucah saja, pertumbuhannya tidak baik.
Hal ini sesuai hasil penelitian (J.lalandii–Mayfield et al., 2000) bahwa Lobster pasir memanfaatkan moluska 49,80 persen, ikan 1,81 persen, krustasea 44,5 persen dan detritus 3,66 persen. Moluska, krustasea, detritus merupakan makanan utama dari beberapa jenis lobster yang ditemukan selama penelitian, hal tersebut sesuai dengan pendapat yang menyatakan bahwa lobster merupakan omnivora, yang juga memanfaatkan moluska dan krustasea.
Apabila dibandingkan pola feed dan feeding habit dari beberapa lobster di alam, maka lobster pasir datanya terdapat pada Tabel 1 dibawah ini.
Table 1. Jenis Pakan Alami, Tingkat Trofik Dan Luas Relung Lobster Pasir Dan Jenis Lainnya.
Nama lokal | Nama latin | Jenis pakan alami | ||||||||
makrofita | moluska | annelida | Ikan | crustacea | detritus | karang | Tingkat trofik | Luas relung | ||
pasir | homarus | 0 | 49,80 | 0 | 1,81 | 44,50 | 3,66 | 0,23 | 3,22 | 2,23 |
batik | pericillatus | 14,35 | 33,15 | 0 | 0 | 52,5 | 0 | 0 | 3,12 | 2,46 |
batu | longipes | 18,48 | 32,27 | 4,76 | 0 | 10,33 | 25 | 4,16 | 2,58 | 4,00 |
mutiara | ornatus | 0 | 16,67 | 0 | 16,67 | 0 | 66,66 | 0 | 2,5 | 2 |
bambu | versicolor | 0 | 43,93 | 0 | 1,81 | 25,81 | 25,23 | 3,23 | 2,86 | 13,08 |
KADAR GIZI PAKAN DI ALAM
Krustasea/Udang
Pakan alami yang disukai lobster pasir adalah krustasea, sebagai contoh krustasea yang ada di pantai adalah udang rama-rama. Kadar gizi proksimat udang rama-rama terdapat pada Tabel 2.
Table 2. Kadar gizi proksimat udang rama-rama/krustasea (Ghazali et al, 2020)
Udang merupakan salah satu organisme dari kelompok crustacea yang kaya senyawa aktif, penting bagi kesehatan manusia. Udang mengandung senyawa aktif seperti omega-3, mineral, lemak, sitin, karotenoid (astaksantin) serta vitamin. Senyawa aktif ini mempunyai kemampuan mencegah penyakit pada tubuh serta dapat memenuhi kebutuhan nutrisi tubuh. Omega-3 dan astaksantin misalnya, adalah dua senyawa aktif yang sebagian besar terkandung dalam udang. Senyawa tersebut berperan sebagai antioksidan serta penangkal radikal bebas, sebagai suplemen penting untuk ibu hamil dan bayi. Omega-3 dan astaksantin tersedia dalam berbagai jenis udang serta ikan.
Menurut Mika et al. (2013) komposisi udang tediri dari nutrien, asam amino esensial, komposisi lemak, makro mineral, mikro mineral dan karotenoid (β-karoten, astaksantin). Astaksantin terkandung dalam kulit udang, senyawa ini berikatan dengan protein karotenoid. Astaksantin adalah jenis karotenoid yang banyak terkandung dalam salmon dan krustacea dengan memberikan karakteristik warna merah muda pada spesies itu. Astaksantin dalam kaitan dengan manfaatnya mampu menurunkan stres oksidatif, pelindung terhadap peradangan, dan penghambat penuaan (Kidd, 2011)
Gastropoda/Kerang atau Keong
Gastropoda yang banyak di sekitar perairan antara lain adalah kerang atau keong seperti ini, dengan kadar gizi sebagai berikut (Tabel 3).
Tabel 3. hasil analisis proksimat keong/gastropoda
Komposisi proksimat daging keong dapat digolongkan sebagai hasil perikanan yang berprotein tinggi (38,06%) dan tinggi karbohidrat (10,66%) serta lemak rendah (dibawah 5%) sehingga baik untuk dikonsumsi khususnya bagi penderita penyakit hati. Kandungan gizi keong setara dengan beberapa jenis moluska maupun echinodermata yang telah dikonsumsi dan secara empiris dipercaya sebagai aprodisiaka serta mampu mengobati berbagai penyakit.
Ikan Rucah
Sebagai pakan ikan yang relatif murah, ikan rucah memiliki kandungan gizi yang baik, yaitu abu 27,89 persen, lemak kasar 6,54 persen, serat kasar 1,64 persen dan protein kasar 58,97 persen. Kebutuhan protein dari lobster yang dipelihara dapat dipenuhi oleh ikan rucah, namun ada zat gizi lain yang kurang sesuai dengan kebutuhan lobster yaitu mineral Calcium dan Posfor.
Jadi, walaupun kadar protein tinggi tapi tidak dianjurkan untuk diberikan 100 persen ikan rucah untuk lobster, cukup 10 persen saja. Apabila diberikan secara penuh, maka pertumbuhan lobster akan berjalan lebih lambat, bahkan lebih jauh lagi lobster tidak sering molting.
Demikian informasi tentang pakan alami untuk pendederan lobster semoga dapat bermanfaat bagi para pembudidaya lobster di tanah air, agar cita-cita Kementerian Kelautan Perikanan untuk mewujudkan Republik Indonesia menjadi pengekspor lobster ukuran konsumsi terbesar dapat terwujud. Semoga.
*****
Penulis : RITA ROSTIKA
Peneliti Budidaya Lobster Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran